Monday 19 October 2015

Perkembangan Konsep Diri Menurut Freud serta Penerapannya dalam Keperawatan

Manusia memiliki berbagai macam sifat yang tentunya tidak berwujud dan kompleks untuk dapat mempersepsikan, memahami, serta menilai dunianya sendiri. Setiap individu memiliki persepsi terhadap dirinya sendiri berupa suatu konsep diri yang menggambarkan kondisi kejiwaan seseorang. Orang yang memiliki konsep diri yang positif memiliki ketahanan terhadap penyakit kejiwaan serta mampu berkembang dalam hubungan interpersonal (Kozier dan Erb, 2012). Konsep diri berperan penting untuk memahami perilaku orang lain, karena manusia bersifat unik. Tidak ada manusia yang memiliki konsep diri yang sama. Hal tersebut muncul dari pengalaman pribadi, berhubungan dengan orang lain, dan interaksi dengan dunia luar (Stuart, 2001).

Menurut Kozier dan Erb (2012), manusia yang dilahirkan tidak memiliki konsep diri, namun akan ada perkembangan diri menjadi dewasa terjadi secara bertahap sejak lahir hingga seseorang menyadari bahwa dirinya berbeda dengan orang lain yang akan terjadi pembatasan-pembatasan dalam proses perkembangan diri yang disebabkan pengalaman dari kegiatan atau aktivitas yang dilakukannya. Kelanjutan dari perkembangan konsep diri menurut Stuart (2001), didukung oleh faktor berikut, antara lain:
1. Pengalaman secara kultural dan interpersonal yang membangun rasa nyaman dan menyenangkan.
2.  Memiliki anggapan bahwa kemampuannya dihargai oleh dirinya sendiri maupun lingkungan sosial.
3.    Aktualisasi diri atau implementasi dan realisasi dari potensi diri.

Menurut Kozier dan Erb (2012), konsep diri bersifat mudah berubah, hal tersebut didasarkan pada faktor berikut:
1.    Adanya keinginan untuk melakukan sesuatu.
2.    Seseorang menerima kondisi atau keadaan tubuhnya.
3.    Kelanjutan persepsi pemikiran atau perasaan seseorang.
4.    Hubungan personal dan profesional.
5.    Identitas pekerjaan dan tingkat pendidikan seseorang.
6.    Harapan diri yang memengaruhi karakteristik personal.
7.    Dampak dari persepsi pengalaman pribadi seseorang.
8.    Adaptasi terhadap pengalaman baru.
9.    Etnik, ras, dan identitas spiritual.

Perkembangan konsep diri memiliki teori yang berguna dalam memahami tugas utama yang dihadapi individu dalam tahap perkembangannya berdasarkan usia atau umur, salah satu contohnya adalah teori Erikson (1963). Tahap-tahap perkembangan yang ada dalam teori tersebut menjadi indikator keberhasilan membentuk konsep diri (Potter dan Perry, 2009). Perkembangan konsep diri seseorang menurut Kozier dan Erb (2012) terdiri dari tiga langkah, yaitu:
1.    Bayi belajar bahwa fisiknya berbeda dengan lingkungannya.
2.    Anak-anak mengenal sikap orang lain
3.    Anak-anak dan orang dewasa saling mengenal dalam lingkungan sosial.

Menurut Kozier dan Erb (2012), ada beberapa ahli yang berpendapat serta membahas tentang perkembangan konsep diri, diantaranya yaitu Erikson (1963) yang membahas tentang tingkatan perkembangan, Piaget yang membahas tentang tingkatan perkembangan kognitif, dan Havighurst yang membahas tentang perkembangan tugas. Freud (1856-1939) mengenalkan konsep tentang perkembangan yang masih dipergunakan hingga sekarang. Menurut Kozier dan Erb (2012), Freud menyatakan bahwa pemikiran alam bawah sadar merupakan bagian dari kejiwaan dalam kehidupan seseorang yang terkadang tidak kita sadari. Freud mengelompokkan perkembangan tersebut berdasarkan tahapan usia seseorang, sejak masa neonatal hingga lansia. Berikut ini adalah tabel, untuk menjelaskan pendapat Freud (adaptasi dari Kozier dan Erb, 2012)

Tingkatan
Usia
Karakteristik
Neonatal
0-28 hari
Perkembangan
Bayi
1 bulan-1 tahun
Pertumbuhan fisik cepat.
Anak-anak
1-3 tahun
Peningkatan kemampuan psikososial.
Pra-sekolah
3-6 tahun
Mendapatkan pengalaman baru dan mendapat peran sosial selama bermain.
Masa sekolah
6-12 tahun
Perkembangan sosial dan kemampuan komunikasi meningkat.
Remaja
12-20 tahun
Konsep diri berubah dengan perkembangan biologis, serta mulai menghadapi konflik.
Dewasa muda
20-40 tahun
Menjalani hubungan dengan orang lain serta membuat komitmen pada sesuatu.
Dewasa menengah
40-65 tahun
Gaya hidup yang berubah.
Lansia muda
65-74 tahun
Beradaptasi dengan kemampuan fisik yang mulai menurun.
Lansia menengah
75-84 tahun
Keterbatasan kemampuan seperti mobilisasi.
Lansia
85 tahun keatas
Peningkatan masalah terhadap kemampuan fisik.

       Teori Freud ini menyatakan bahwa setiap individu harus memahami kebutuhan dari tiap tahapan, agar dapat berhasil melalui satu tahapan untuk selanjutnya pindah ke tahapan berikutnya. Jika seseorang tidak mampu melalui satu tahapan, maka kepribadian seseorang harus diperbaiki pada tahap tersebut, yang dapat terjadi karena ketakutan atau trauma terhadap apa yang dialaminya pada tahap tersebut (Kozier dan Erb, 2012).

Setelah mengetahui tahap-tahap perkembangan berdasarkan usia klien, perawat berperan untuk megenali kegagalan dengan capat dalam mencapai tahapan perkembangan berdasarkan umur individu atau klien tersebut. Gunanya adalah perawat mampu memberikan pelayanan yang terbaik kepada klien agar dilakukan intervensi keperawatan yang tepat. Oleh karena itu, sebagai perawat harus mampu mengerti konsep diri dari klien, dengan cara mendengarkan klien dengan baik serta membantu klien untuk berbagi persepsinya terhadap masalah tersebut agar klien dapat memecahkan masalahnya dengan baik. Sebab sangat tidak mungkin untuk memahami orang lain seutuhnya tanpa memahami sifat serta perilakunya terlebih dahulu.

Daftar Pustaka:
Kozier, Barbara et al. (2012). Fundamentals of nursing: concepts, process, and practice. (9ed). New Jersey, USA: Pearson Education, Inc.
Potter, P.A. & Perry, A.G. (2009). Fundamentals of nursing: concepts, process, and practice. (7ed). St. Louis, MI: Elsevier Mosby.

Stuart, G. W. & Laraia, M. T. (2001). Principles and practice of psychiatric nursing. (7ed). St. Louis: Mosby, Inc.

No comments: